METODE PENELITIAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR ASETOSAL (ASPIRIN) DALAM TABLET



ABSTRAK


Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Penetapan Kadar Asetosal dalam Tablet” yang bertujuan untuk menghitung kadar asetosal dalam beberapa tablet. Uji yang dilakukan meliputi penimbangan satu persatu pada berat masing-masing tablet. Pada percobaan ini didapat hasil berat 20 tablet adalah 4,515 gram, berat rata-ratanya 220 mg, Mg Penimbangan 927 mg, dan kadar asetosalnya adalah 137%. Dengan menggunakan metode acidimetri secara tidak langsung di dapat hasil volume titrasi blankonya adalah 137%.

Kata kunci : Acetosal,acidimetri.














BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgetik (penahan rasa sakit nyeri minor), anti piretik (terhadap demam), dan anti-imflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek anti koagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untung mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi kandemik flu diberbagai wilayah dunia. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut piala dunia FIFA 2006 dijerman, replica tablet aspirin raksasa dipajang di berlin sebagian dari pameran terbuka Deutschland, land derleen.
            Awal mula aspirin sebagai obat diprakarsal oleh Hipocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetil salisilat yang dikenal saat ini. Salisilat merupakan terapi pokok untuk RA, baik sebagai bentuk yang termurah yaitu asetol atau aspirin (ASA) ataupun sebagai kholine salisilat (telah terbukti bahwa komplikasi darah dari saluran lebih sedikit disbanding ASA.

1.2. Tujuan Percobaan
            Adapun Tujuan percobaan ini adalah untuk menghitung kadar asetosal dalam tablet aspirin.





BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
         

            Salisilat merupakan terapi pokok untuk RA, baik sebagai bentuk yang termurah yaitu asetasol atau aspirin (ASA) ataupun sebagai kholine salisilat (telah terbukti bahwa komplikasi kehilangan darah dari saluran GI lebih sedikit disbanding ASA). Bahkan pada kebanyakan penderita, aspirin sering merupakan satu-satunya obat yang dibutuhkan. ASA bersifat anti reumatik, anti inflamasi ringan, dan analgetik yang mampu menekan gejala dan tanda-tanda dari arhitis. Dosis yang tepat untuk asetosal adalah dosis yang cukup meringankan penderitaan tanpa menimbulkan gejala toxis. Hasil terapi yang optimal dari aspirin diperoleh dengan pemberian obat secara teratur, dan tidak hanya secara sporadic saja. Pengawasan terapi dapat diatasi dengan pemeriksaan kadar salisilat dalam serum (Robert, 1981).
            Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti inflamasi, antipiretik, dan analgesic. Suatu derivate diflurofenil, asam salisilat tidak dimetabolisasi menjadi salisilat dank arena itu tidak menyebabkan instoksikasi salisilat. Efek analgesic dan anti inflamasi diflunsal, 3 sampai 4 kali lebih kuat dari pada aspirin, tetapi tidak mempunyai antipiretik. Efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintetis prostaglandin dipusat pengantar panas dalam hipotalamus dan karefer di daerah target. Aspirin juga menekan rangsang nyeri pada daerah subkortikal yaitu talangus (Nyeck, 2001).
            Tablet merupakan bahan bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, ketebalan, daya hancurnya, dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Tablet terutama dibuat dengan cara kompren. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet dalam cetakan, kemudian tablet terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering (Ansel, 1989).


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah mortar, pinset, kaca arloji, pipet volum, Erlenmeyer, buret dan peralatan gelas lainnya.
            Sedangkan bahan yang digunakan adalah NaOH 0,1N, HCl, Phenofthalein, aquadest dan aspirin (C6H8O9).
3.2 Konstanta fisik
Bahan
Rumus Molekul
BM
TD
TL
Ket
Natrium Hidroksida
NaOH
39,99 g/mol
1390 C
318 C
Menghilangkan noda
Aquadest
H2O
18 g/mol
100 C
0 C
Pelarut murni
Asam klorida
HCl
36,46 g/mol
110 C
27,37 C
Berbau tajam
Aspirin
C6H8O9
180,157 g/mol
135 C
140 C
Antipiretik

3.3 Prosedur kerja
1.      Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata, kemudian serbukkan
2.      Ditimbang seksama serbuk setara lebih kurang 300 mg asetosal, masukkan dalam Erlenmeyer
3.      Ditimbang 50 NaOH 0,1 N dengan pipet volume.
4.      Dipanaskan dengan api nenas sampai mendidih selama  10-15 menit
5.      Dititrasi setelah dingin dengan menggunakan larutan standar HCl 0,1 N dan phenofthalein sebagai indicator
6.      Dihitung kadar asetosal
7.      Dilakukan titrasi blanko
8.      Dilakukan titrasi 2 x
Tiap ml NaOH 0,1 N ~ 9,008 mg asetosal
Mg penimbangan serbuk = berat rata-rata x berat setara ditimbang
Berat dalam etiket
Kadar asetosal = (V blangko – V sampel) x ~ x berat rata-rata x N  X 100 %
0,1 x mg sampel x bobot dalam etiket



















BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN


4.1 Data hasil pengamatan

Berat 20 tablet
4,515 mg
Volume titrasi blangko
100,9 ml
Mg penimbangan
927 mg
Berat rata-rata
220 mg
Kadar asetosal
137%

4.2 Pembahasan
            Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat oleh hipocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Awalnya terispirasi oleh sakit arthritis yang diderita ayahnya, hofman. Dengan senyawa ini hofman dapat mengobati ayahnya tanpa mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti perut efek samping obat arthritis pada masa itu. Itulah fungsi yang dicobakan pada praktikum ini. Fungsi aspirin lainnya adalah sebagai pereda demam dan meringankan rematik.
            Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrat asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan –COOH. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatik dari asam salisilat. Aspirin berupa Kristal putih dan berbentuk seperti jarum. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi anhidrat. Pada tanggal 23 januari 1989. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai nama dagang, dan kemudian diperdagangkan dalam bentuk serbuk. Aspirin dalam bentuk larutan diperkenalkan pada tahun 1900. Dan pada tahun 1915, aspirin diproduksi dalam bentuk tablet.

·         Mekanisme kerja aspirin
Kerja analgetik aspirin adalah perifer, dengan mempengaruhi substansi penyebab nyeri , yang dilepaskan tempat cedera atau luka. Kerja antipiretik dalam menurunkan suhu badan akibat efek sentral, yaitu dengan mempengaruhi hipotalamus, yang merupakan “thermosthat” badan. Aspirin tidak mempengaruhi suhu badan normal. Mekanisme kerja anti-infalamasi aspirin belum diketahui, kecuali bahwa obat ini mempengaruhi metabolisme prostaglandin. Dosis aspirin yang tinggi meningkatkan ekskresi asam urat, sedang dosis rendah malah mengurangi ekskresi urat, sehingga memicu serangan encok pada orang tertentu.
·         Kerugian dan keuntungan aspirin
Aspirin merupakan obat hepatotoksik, obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar dan tergantung pada besarnya dosis. Gejala hepatoksik timbul bila kadar asam salisilat serum lebih dari 25 mg (dosis: 3-5 g/hari). Tidak di anjurkan untuk anak dibawah 12 tahun karena aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan resiko kulkus (luka) lambung, serta menghambat aktivitas trombosit sehingga dapat memicu resiko pendarahan. Minum aspirin berakibat hilangnya darah dari saluran cerna, karena perubahan kelengkapan trombosit. Pada bayi dapat terjadi kernikterus yang beresiko refardasi mental.
Efek analgesic salisilat untuk mengatasi nyeri, efek antipiretiknya untuk menurunkan suhu badan yang naik, efek anti inflamasinya untuk menahan arthirithis rheumatoid. Aspirin dalam jumlah kecil (100 mg/dl) menghambat penggumpalan trombosit sehingga mencegah serangan TIA, MCL, Trombosit dan Okulasivaskular. Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesis daripada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam. Daya kerja antipiretik dan analgesic daripada aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
·         Efek samping minum aspirin terus-menerus
Efek samping minum aspirin secara terus menerus mengkonsumsi aspirin dalam dosis kecil, bias mengurangi resiko serangan jantung dan stroke. Namun ternyata menurut hasil studi terbaru, mengkonsumsi secara terus menerus juga memiliki resiko negative. Orang yang teratur mengkonsumsi aspirin selama bertahun-tahun lebih resiko mengalami masalah penglihatan tertentu, yang dapat mengarah kepada kebutaan.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi bias dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi diperlukan untuk :
-          Perangkat baru
-          Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu
-          Ketika suatu perangkat mengalami tumbuhan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
-          Ketika hasil pengamatan dipertanyakan.
Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk mnyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, thermometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga thermometer tersebut menunjukkan temperature yang sebenarnya dalam celcius pada titik tertentu di skala. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “ traceable uncertainity “ untuk menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian.
Pada percobaan ini memakai metode acidimetric dengan secara tidak langsung. Acidimetric adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, aspirin bersifat asam.Titrasi blangko adalah titrasi yang tidak menggunakan sampel, yang bertujuan untuk membuat perbandingan, dan tercatat volume titrasinya adalah 100,9 ml.



BAB V
KESIMPULAN


 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,maka dapat diambil beberapa kesimpulan,diantaranya :
·         Berat rata-rata sampel adalah 220  mg
·         Volume titrasi blangko adalah 100,9 ml
·         Kadar asetosal yang terdapat pada tablet adalah 137%.
·         Pada percobaan ini menggunakan metode acidimetri











 








DAFTAR PUSTAKA


Ansel, haword C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah Farida Ibrahim, pendamping Azmanizar, Lis Aisyah, cet. UI-Press : Jakarta
Mycek, Mary,S. 2001. Farmakologi. Penerjemah Azwar Agoes. Widya Medika : Jakarta.
Roberkts, Northrup, 1981. Pedoman Pengobatan. Penerjemah Ahmad H. Asdie. Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.















LAMPIRAN

Mg Penimbangan        = berat rata-rata x berat setara ditimbang
       Berat dalam etiket
                                    = 228mg x 300
                                                80
                                    = 250 Mg.
                                    = 0,825 gram
Kadar asetosal = (V blangko – V sampel) x ~ x berat rata-rata x N  X 100 %
0,1 x mg sampel x bobot dalam etiket
                        = (100,9 x 55 ) x 9,008 x 220 x 0,1
                                    0,1 x 825 x 80
                        =  44,9 x 9.008 x 220 x 0,1 
                                    0,1 x 825 x 80
                        = 9096,27 X 100 %
                            6600
                        = 137%