METODE PENELITIAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR ASETOSAL (ASPIRIN) DALAM TABLET
November 26, 2019
ABSTRAK
Telah dilakukan
percobaan yang berjudul “Penetapan Kadar Asetosal dalam Tablet” yang bertujuan
untuk menghitung kadar asetosal dalam beberapa tablet. Uji yang dilakukan
meliputi penimbangan satu persatu pada berat masing-masing tablet.
Pada percobaan ini didapat hasil berat 20 tablet adalah 4,515 gram, berat
rata-ratanya 220 mg, Mg Penimbangan 927 mg, dan kadar asetosalnya adalah 137%.
Dengan menggunakan metode acidimetri secara tidak langsung di dapat hasil
volume titrasi blankonya adalah 137%.
Kata kunci :
Acetosal,acidimetri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Aspirin atau asam asetil salisilat
(asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan
sebagai senyawa analgetik (penahan rasa sakit nyeri minor), anti piretik
(terhadap demam), dan anti-imflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
anti koagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untung
mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai
pada tahun 1918 ketika terjadi kandemik flu diberbagai wilayah dunia. Aspirin
adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut piala dunia FIFA
2006 dijerman, replica tablet aspirin raksasa dipajang di berlin sebagian dari
pameran terbuka Deutschland, land derleen.
Awal mula aspirin sebagai obat
diprakarsal oleh Hipocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh
perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetil salisilat yang dikenal saat ini.
Salisilat merupakan terapi pokok untuk RA, baik sebagai bentuk yang termurah
yaitu asetol atau aspirin (ASA) ataupun sebagai kholine salisilat (telah terbukti
bahwa komplikasi darah dari saluran lebih sedikit disbanding ASA.
1.2. Tujuan Percobaan
Adapun Tujuan percobaan ini adalah untuk menghitung kadar
asetosal dalam tablet aspirin.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Salisilat merupakan terapi pokok
untuk RA, baik sebagai bentuk yang termurah yaitu asetasol atau aspirin (ASA)
ataupun sebagai kholine salisilat (telah terbukti bahwa komplikasi kehilangan
darah dari saluran GI lebih sedikit disbanding ASA). Bahkan pada kebanyakan
penderita, aspirin sering merupakan satu-satunya obat yang dibutuhkan. ASA
bersifat anti reumatik, anti inflamasi ringan, dan analgetik yang mampu menekan
gejala dan tanda-tanda dari arhitis. Dosis yang tepat untuk asetosal adalah
dosis yang cukup meringankan penderitaan tanpa menimbulkan gejala toxis. Hasil
terapi yang optimal dari aspirin diperoleh dengan pemberian obat secara
teratur, dan tidak hanya secara sporadic saja. Pengawasan terapi dapat diatasi
dengan pemeriksaan kadar salisilat dalam serum (Robert, 1981).
Aspirin cepat dideasetilasi oleh
esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti
inflamasi, antipiretik, dan analgesic. Suatu derivate diflurofenil, asam
salisilat tidak dimetabolisasi menjadi salisilat dank arena itu tidak
menyebabkan instoksikasi salisilat. Efek analgesic dan anti inflamasi
diflunsal, 3 sampai 4 kali lebih kuat dari pada aspirin, tetapi tidak mempunyai
antipiretik. Efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena
penghambatan sintetis prostaglandin dipusat pengantar panas dalam hipotalamus
dan karefer di daerah target. Aspirin juga menekan rangsang nyeri pada daerah
subkortikal yaitu talangus (Nyeck, 2001).
Tablet merupakan bahan bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, ketebalan, daya hancurnya,
dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Tablet terutama dibuat dengan cara kompren. Sejumlah tertentu
dari tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan
atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet dalam cetakan,
kemudian tablet terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering
(Ansel, 1989).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah mortar,
pinset, kaca arloji, pipet volum, Erlenmeyer, buret dan peralatan gelas
lainnya.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah NaOH 0,1N, HCl,
Phenofthalein, aquadest dan aspirin (C6H8O9).
3.2 Konstanta fisik
Bahan
|
Rumus Molekul
|
BM
|
TD
|
TL
|
Ket
|
Natrium Hidroksida
|
NaOH
|
39,99 g/mol
|
1390 C
|
318 C
|
Menghilangkan noda
|
Aquadest
|
H2O
|
18 g/mol
|
100 C
|
0 C
|
Pelarut murni
|
Asam klorida
|
HCl
|
36,46 g/mol
|
110 C
|
27,37 C
|
Berbau tajam
|
Aspirin
|
C6H8O9
|
180,157 g/mol
|
135 C
|
140 C
|
Antipiretik
|
3.3 Prosedur kerja
1.
Ditimbang 20 tablet, hitung bobot
rata-rata, kemudian serbukkan
2.
Ditimbang seksama serbuk setara lebih
kurang 300 mg asetosal, masukkan dalam Erlenmeyer
3.
Ditimbang 50 NaOH 0,1 N dengan pipet
volume.
4.
Dipanaskan dengan api nenas sampai
mendidih selama 10-15 menit
5.
Dititrasi setelah dingin dengan
menggunakan larutan standar HCl 0,1 N dan phenofthalein sebagai indicator
6.
Dihitung kadar asetosal
7.
Dilakukan titrasi blanko
8.
Dilakukan titrasi 2 x
Tiap
ml NaOH 0,1 N ~ 9,008 mg asetosal
Mg penimbangan serbuk = berat rata-rata
x berat setara ditimbang
Berat dalam
etiket
Kadar asetosal = (V blangko – V sampel)
x ~ x berat rata-rata x N X 100 %
0,1 x mg sampel
x bobot dalam etiket
BAB IV
DATA HASIL
PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
4.1
Data hasil pengamatan
Berat
20 tablet
|
4,515
mg
|
Volume
titrasi blangko
|
100,9
ml
|
Mg
penimbangan
|
927
mg
|
Berat
rata-rata
|
220
mg
|
Kadar
asetosal
|
137%
|
4.2 Pembahasan
Awal mula penggunaan aspirin sebagai
obat oleh hipocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Awalnya terispirasi oleh sakit arthritis yang
diderita ayahnya, hofman. Dengan senyawa ini hofman dapat mengobati ayahnya
tanpa mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti perut efek samping obat
arthritis pada masa itu. Itulah fungsi yang dicobakan pada praktikum ini.
Fungsi aspirin lainnya adalah sebagai pereda demam dan meringankan rematik.
Aspirin dibuat dengan mereaksikan
asam salisilat dengan anhidrat asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat
sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus OH dan –COOH. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan
senyawa derivatik dari asam salisilat. Aspirin berupa Kristal putih dan
berbentuk seperti jarum. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi anhidrat.
Pada tanggal 23 januari 1989. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai nama dagang,
dan kemudian diperdagangkan dalam bentuk serbuk. Aspirin dalam bentuk larutan
diperkenalkan pada tahun 1900. Dan pada tahun 1915, aspirin diproduksi dalam
bentuk tablet.
·
Mekanisme kerja aspirin
Kerja
analgetik aspirin adalah perifer, dengan mempengaruhi substansi penyebab nyeri
, yang dilepaskan tempat cedera atau luka. Kerja antipiretik dalam menurunkan
suhu badan akibat efek sentral, yaitu dengan mempengaruhi hipotalamus, yang
merupakan “thermosthat” badan. Aspirin tidak mempengaruhi suhu badan normal.
Mekanisme kerja anti-infalamasi aspirin belum diketahui, kecuali bahwa obat ini
mempengaruhi metabolisme prostaglandin. Dosis aspirin yang tinggi meningkatkan
ekskresi asam urat, sedang dosis rendah malah mengurangi ekskresi urat,
sehingga memicu serangan encok pada orang tertentu.
·
Kerugian dan keuntungan aspirin
Aspirin merupakan obat
hepatotoksik, obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar dan tergantung
pada besarnya dosis. Gejala hepatoksik timbul bila kadar asam salisilat serum
lebih dari 25 mg (dosis: 3-5 g/hari). Tidak di anjurkan untuk anak dibawah 12
tahun karena aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan
resiko kulkus (luka) lambung, serta menghambat aktivitas trombosit sehingga
dapat memicu resiko pendarahan. Minum aspirin berakibat hilangnya darah dari
saluran cerna, karena perubahan kelengkapan trombosit. Pada bayi dapat terjadi
kernikterus yang beresiko refardasi mental.
Efek analgesic
salisilat untuk mengatasi nyeri, efek antipiretiknya untuk menurunkan suhu
badan yang naik, efek anti inflamasinya untuk menahan arthirithis rheumatoid.
Aspirin dalam jumlah kecil (100 mg/dl) menghambat penggumpalan trombosit
sehingga mencegah serangan TIA, MCL, Trombosit dan Okulasivaskular. Aspirin
menghambat pengaruh dan biosintesis daripada zat-zat yang menimbulkan rasa
nyeri dan demam. Daya kerja antipiretik dan analgesic daripada aspirin
diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
·
Efek samping minum aspirin terus-menerus
Efek
samping minum aspirin secara terus menerus mengkonsumsi aspirin dalam dosis
kecil, bias mengurangi resiko serangan jantung dan stroke. Namun ternyata
menurut hasil studi terbaru, mengkonsumsi secara terus menerus juga memiliki
resiko negative. Orang yang teratur mengkonsumsi aspirin selama bertahun-tahun
lebih resiko mengalami masalah penglihatan tertentu, yang dapat mengarah kepada
kebutaan.
Kalibrasi
merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi bias dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi. Kalibrasi diperlukan untuk :
-
Perangkat baru
-
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan
tertentu
-
Ketika suatu perangkat mengalami
tumbuhan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
-
Ketika hasil pengamatan dipertanyakan.
Kalibrasi
pada umumnya merupakan proses untuk mnyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, thermometer dapat dikalibrasi
sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan
(melalui konstanta kalibrasi), sehingga thermometer tersebut menunjukkan
temperature yang sebenarnya dalam celcius pada titik tertentu di skala. Hasil
kalibrasi harus disertai pernyataan “ traceable uncertainity “ untuk menentukan
tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis
ketidakpastian.
Pada
percobaan ini memakai metode acidimetric dengan secara tidak langsung.
Acidimetric adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa, aspirin bersifat asam.Titrasi blangko adalah titrasi yang tidak
menggunakan sampel, yang bertujuan untuk membuat perbandingan, dan tercatat
volume titrasinya adalah 100,9 ml.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan,maka dapat diambil beberapa kesimpulan,diantaranya :
·
Berat rata-rata sampel adalah 220 mg
·
Volume titrasi blangko adalah 100,9 ml
·
Kadar asetosal yang terdapat pada tablet
adalah 137%.
·
Pada percobaan ini menggunakan metode
acidimetri
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, haword C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Penerjemah Farida Ibrahim, pendamping Azmanizar, Lis Aisyah, cet. UI-Press :
Jakarta
Mycek,
Mary,S. 2001. Farmakologi. Penerjemah
Azwar Agoes. Widya Medika : Jakarta.
Roberkts, Northrup, 1981. Pedoman Pengobatan. Penerjemah Ahmad H.
Asdie. Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
LAMPIRAN
Mg Penimbangan = berat rata-rata x berat setara
ditimbang
Berat dalam etiket
= 228mg x 300
80
= 250 Mg.
= 0,825 gram
Kadar asetosal = (V
blangko – V sampel) x ~ x berat rata-rata x N
X 100 %
0,1
x mg sampel x bobot dalam etiket
= (100,9 x 55 ) x 9,008 x 220 x 0,1
0,1 x 825 x 80
= 44,9
x 9.008 x 220 x 0,1
0,1 x 825 x 80
= 9096,27 X 100 %
6600
= 137%